Jumat, 28 Desember 2012

“Eksplorasi Potensi Diri dalam Menggali Pengetahuan menuju Terciptanya Kesadaran Hakiki Perjuangan”

Oleh Muhammad Abdul Nafi' I. PENDAHULUAN Manusia diciptakan di muka bumi tidaklah bebas tanpa batas, yang hanya berfoya-foya mengeksploitasi dan menikmati suguhan sumber daya alam karunia Tuhan yang tiada habis-habisnya, melainkan menjalankan amanah suci, yaitu sebagai abdullah dan khalifatullah fil ard. Manusia yang sejatinya diciptakan oleh Tuhan (Allah SWT) hanya untuk mengabdi kepada-Nya saja ini diungkap oleh Al-Qur’an dalam surat Adz-Dzariat ayat 56:       Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Oleh karena itu, segala aktivitas manusia, baik berupa perilaku (af’al) maupun ucapan (aqwal) dalam kehidupan sehari-hari merupakan pengejawantahan dari penghambaan dirinya kepada Sang Khaliq dan tidak satupun yang tidak dipertanggung jawabkan kepada-Nya. Maka dalam hal ini ketundukan akan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya menjadi konsekuensi logis yang harus dilakukan oleh manusia. Adapun mengenai amanah sebagai khalifah di bumi, Al-Qur’an mengungkapnya dalam surat Al-An’am ayat 165:                •       Artinya: “Dan Dia lah yang menjadikan kamu khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Sebagai khalifah di bumi, manusia diberi amanah untuk mengelola, memelihara, dan mendayagunakan seluruh alam semesta ini bagi kepentingan manusia itu sendiri, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan hidupnya. Dalam menjalankan amanahnya manusia mengalami dinamika yang tidak terlepas dari pengaruh komunitasnya masing-masing. Komunitas satu dengan komunitas yang lainnya sudah barang tentu berbeda dalam menjalani amanah sebagai abdullah dan khalifatullah fil ard. Perbedaan ini terkait dengan cara pandang yang berbeda-beda di antara mereka. Agar terjadi kesamaan perlu adanya pemahaman bersama akan tujuan dan kebenaran yang bersifat universal. HMI dengan gerakan epistemologinya tampil sebagai sebuah gerakan yang mencoba menjadi katalisator dalam mengupayakan pemahaman bersama akan tujuan dan kebenaran universal tersebut. Di samping itu pula, HMI menjadi salah satu wujud riil dari sebuah wadah perjuangan manusia dalam menjalankan amanahnya di bumi. Perjuangan hendaklah dilakukan secara berjamaah dan dalam keteraturan yang sistematis. Hal ini diungkap dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaf ayat 4: •          • Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” Dalam mempersiapkan manusia yang memiliki karakter pejuang dan terwujudnya keistiqomahan estafet perjuangan, HMI memformulasikan berbagai konsep kegiatan yang dikenal dengan istilah “model perkaderan”, yang di dalamnya terdapat tiga konsep besar yaitu pendidikan, kegiatan, dan jaringan. Senior Course (SC) termasuk di dalamnya. Senior Course ditujukan bagi mereka yang sudah melewati fase alur pendidikan sebelumnya, yaitu LK1 dan LK2. Tema besar SC HMI Cabang Semarang ke-19 kali ini adalah “Eksplorasi Semesta Diri Pengader dalam Bingkai Etik Organisasi menuju Kontinuitas Perjuangan”. Pada tema ini penulis membagi menjadi tiga frase, yaitu: pertama, Eksplorasi Semesta Diri Pengader, kedua,Bingkai Etik Organisasi, dan yang ketiga, Kontinuitas Perjuangan. Pada frase pertama, dapat dimaknai bahwa sebagai seorang pengader haruslah mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Potensi pokok yang dimiliki adalah fuad (hati dan akal) dan panca indra. Dua potensi ini harus difungsikan secara maksimal untuk menggali pengetahuan yang luas, tentunya tidak keluar dari batasan-batasan etis organisasi yang secara filosofis bisa disebut dengan akhlak universal. Dengan begitu, kualitas dan loyalitas pengader dapat mencapai puncaknya, sehingga terbentuklah pengader sempurna (insan kamil), yang pada akhirnya keistiqomahan dalam perjuangan dapat terealisasikan. Berangkat dari pemahaman ini dan dalam upaya merumuskan konsep yang lebih praktis, penulis menyederhanakan tema menjadi “Eksplorasi Potensi Diri dalam Menggali Pengetahuan menuju Terciptanya Kesadaran Hakiki Perjuangan”. Dengan mengeksplor secara maksimal penggunaan potensi yang dimiliki oleh manusia (pengader) dalam menggali pengetahuan, tentunya tidak keluar dari batasan akhlak universal, yang akhirnya terbentuk kesadaran diri, maka keberlangsungan perjuangan akan terealisasikan. Pengader menjadi suri tauladan utama bagi kader-kader yang lain. II. RUMUSAN MASALAH A. Bagaimana mengenal diri? B. Bagaimana menggali pengetahuan? C. Bagaimana mewujudkan kesadaran hakiki perjuangan? III. PEMBAHASAN A. Mengenal Diri Membincang seputar hakikat manusia, akan muncul pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu apa, dari mana, dan kemana manusia itu. Manusia merupakan makhluk Tuhan (Allah SWT) yang memiliki struktur ciptaan paling sempurna dari pada makhluk-makhluk lainnya. Ia diciptakan dengan tujuan tunggal, yaitu mengabdi kepada-Nya. Walaupun memiliki struktur yang sempurna, tetapi pada awalnya sosok manusia lahir tidak memiliki apa-apa, jangankan harta benda, pengetahuan akan dirinya pun tidak dimilikinya. Tuhan memberikan alat untuk mendapatkan pengetahuan berupa fuad (hati dan akal) dan panca indra. Dengan dua potensi itu pula manusia dapat mengenali dirinya. Pengenalan diri memiliki dua tujuan. Pertama, dengan mengenal diri, manusia dapat memahami Tuhan (Allah SWT) yang merupakan masalah pemikiran manusia dan rahasia alam semesta. Kedua, dapat mengetahui apa yang harus dilakuakan dalam hidup dan bagaimana harus bersikap (akhlak dan perbuatan). Jika manusia tidak mengenali dirinya, niscaya tidak akan pernah mengetahui bagaimana seharusnya akhlak dan perbuatan manusia hidup di dunia ini. Akhlak adalah sejumlah fakultas atau bakat (malakah) yang membentuk diri, sikap, dan perbuatan. Untuk mengetahui rahasia terbesar dan masalah teoritis manusia (Tuhan) tiada jalan lain, kecuali melalui pengenalan terhadap diri. Juga untuk mengetahui masalah amaliah atau praktis terpenting bagi manusia, yaitu akhlak, harus mengetahui diri. Menurut pendapat Amir Daien yang dikutip oleh Abdul Aziz, manusia mempunyai beberapa macam hakikat, yaitu: 1. Manusia itu mempunyai hakikat sebagai makhluk dwi tunggal. Manusia itu terdiri dari dua unsur, yaitu rohaniah dan jasmaniah, unsur halus dan unsur kasar, unsur jiwa dan unsur raga. 2. Manusia mempunyai dua sifat hakiki yaitu sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial. 3. Manusia itu mempunyai hakikat sebagai makhluk susila dan sebagai makhluk ber-Tuhan. Manusia yang mampu mengenal dirinya, niscaya dia akan melihat dirinya sebagai sebuah realitas yang tetap (tidak berubah) di tengah-tengah alam fisik yang selalu berubah ini. Walaupun alam fisik selalu bergerak, ada sebuah hakikat yang memelihara kesatuannya. Misalnya kalau melihat matahari, bulan, dan bumi dari segi fisiknya, maka semua itu selalu berubah, tetapi tak dapat disangkal bahwa ada realitas yang memelihara dan menjaga alam semesta. Seperti halnya diri adalah menjaga badan, begitu pula tubuh fisik menjaga kesatuannya untuk diri. Tubuh manusia bertalian dengan kepribadian rohani dan mental manusia. Pada hakikatnya, kepribadian alam semesta tidak akan pernah berubah dari dimensi kepribadian realitas metafisikanya. Hal ini menunjukan bahwa pengenalan diri adalah titik tolak pengenalan Allah. Sisi lain yang menjadikan diri manusia tanda akan Wujud Allah adalah kecenderungan spiritual manusia. Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh William James selama empat puluh tahun atas jiwa manusia adalah bahwa jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada alam imaterial. Fakta-fakta yang ditemukannya selama penyelidikan berlangsung menunjukan adanya alam metafisika. Kecenderungan spiritual manusialah yang menghubungkannya dengan alam-alam mefisika. Ilham-ilham spiritual, ketuhanan, mencari Tuhan, dan kebajikan selalu ada dalam diri manusia. Manusia hakiki adalah mereka yang menggunakan akalnya dalam memecahkan masalah-masalah fundamental yang dengannya manusia mengetahui jalan kehidupan yang benar. Kemudian ia bersungguh-sungguh dalam melewatinya. Persoalan-persoalan mendasar bagi setiap manusia yang sadar adalah persoalan-persoalan pandangan dunia. Pandangan dunia inilah yang akan menentukan perjalanan hidupnya. Namun, untuk memecahkan masalah ini dibutuhkan usaha-usaha filsafat. Tanpa menggunakan gagasan-gagasan filsafat, manusia sangat sulit untuk memahami kebahagiaan individu dan kebahagiaan sosial, bahkan manusia sangat sulit untuk sampai pada rahasia hakikat manusia dan kesempurnaan hakiki manusia. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan (Allah SWT) yang unik, paling sempurna strukturnya dibandingkan dengan penciptaan makhluk lainnya. Untuk memperoleh pengetahuan, manusia dibekali fuad (hati dan akal) dan panca indra. Dengan pengetahuan tersebut, diawali dengan mengetahui/ mengenali diri, manusia dapat mengetahui apa dan bagaimana harus berbuat. Apabila dikorelasikan dengan pengader HMI, maka sebagai pengader haruslah mengetahui apa dan bagaimana harus berbuat demi kejayaan perjuangan HMI. Al-Qur’an dan Al-Hadits sudah semestinya menjadi pedoman utama dalam mengiringi perjuangan seorang pengader di HMI. Dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, seorang pengader akan tercerahkan dan jauh dari kesesatan dalam berbuat. Nabi Muhammad SAW bersabda: لقد تركت فيكم امرين لن تضلوا ما ان تمسكتم بهما كتاب الله و سنة رسوله(رواه مالك) Artinya: “Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua hal, sekali-kali kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang kepadanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya”.(HR. Malik). B. Menggali Pengetahuan Sebelum membahas lebih jauh, pertama yang harus dibahas adalah apa yang dimaksud dengan pengetahuan itu sendiri. Yang dimaksudkan dengan pengetahuan pada pembahasan ini adalah pengetahuan dalam tinjauan epistemologi. Yaitu, pengetahuan yang mencakup segala aspek yang luas. Dalam hal ini, pengetahuan tidak bisa didefinisikan dengan batasan frase-frase. Akan tetapi pengetahuan bisa dijelaskan (bukan mendefinisikan), bahwa pengetahuan adalah “hadirnya sesuatu atau bentuk partikularnya atau konsep umumnya pada maujud mujarad”. Sungguh pun pengetahuan tidak dapat di definisikan, tetapi dapat dibagi menjadi tiga jenis pengetahuan yaitu jenis pengetahuan ilmiah, pengetahuan moral, dan pengetahuan religius. 1. Pengatahuan Ilmiah Pengatahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara kerja atau metode ilmiah. Sedangkan yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah sitematis yang perlu diambil guna memperoleh pengetahuan yang didasarkan atas pesepsi inderawi dan melibatkan uji coba hipotesis serta teori secara terkendali. Karena pengamatan inderawi biasanya mengawali maupun mengakhiri proses kerja ilmiah, maka cara kerja ilmiah sering juga disebut suatu lingkaran atau siklus empiris. 2. Pengetahuan Moral Pengetahuan tentang moral tidak ada kebenaran yang bersifat objektif dan universal. Penelitian dan putusan moral adalah soal perasaan pribadi. 3. Pengetahuan Religius Pengetahuan ini membahas tentang ketuhanan. Untuk menggali pengetahuan diperlukan alat pokok yaitu indra, rasio, dan hati. C. Mewujudkan Kesadaran Hakiki Perjuangan Setelah dipaparkan dua pembahasan di atas, maka pada pembahasan kali ini mengenai bagaimana mewujudkan/ merealisasikan kesadaran pada diri untuk istiqomah berjuang dalam wadah HMI. Beberapa hal yang harus dilakukan agar tumbuh kesadaran adalah sebagai berikut: a. Menyadari kalau pada hakikatnya manusia diciptakan di muka bumi adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. b. Manusia di muka bumi dibebani (taklif) sebagai khalifatullah, bertanggung jawab melestarikan bumi. c. Manusia diberi potensi indrawi, akal, dan hati agar dimaksimalkan penggunaannya untuk menggali pengetahuan. d. Menyadari semua itu butuh perjuangan secara istiqomah. e. Menyadari perjuangan membutuhkan suatu wadah yang solid, HMI manifestasinya. IV. KESIMPULAN Manusia adalah makhluk yang unik, sempurna struktur penciptaannya. Manusia sejati adalah manusia yang mau berfikir. Untuk menggali pengetahuan, manusia harus melakukan eksplorasi potensi yang dimilikinya, yaitu indra, akal, dan hati. Beberapa hal yang harus dilakukan agar tumbuh kesadaran pada diri pengader adalah sebagai berikut: a. Menyadari kalau pada hakikatnya manusia diciptakan di muka bumi adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. b. Manusia di muka bumi dibebani (taklif) sebagai khalifatullah, bertanggung jawab melestarikan bumi. c. Manusia diberi potensi indrawi, akal, dan hati agar dimaksimalkan penggunaannya untuk menggali pengetahuan. d. Menyadari semua itu butuh perjuangan secara istiqomah. e. Menyadari perjuangan membutuhkan suatu wadah yang solid, HMI manifestasinya. V. PENUTUP Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya masih banyak kekurangan. Hanya sampai di sini maksimalisasi berfikir penulis dalam merumuskan sekelumit karya. Ibarat luasnya samudera, makalah ini mungkin bisa diibaratkan hanya bagian setetes atau dua tetes dari banyaknya air dalam samudera laut tersebut. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan dapat bermanfaat. Amiin. DAFTAR PUSTAKA Agama RI, Departemen. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV. Asy-Syifa’. 1999. Aziz, Abdul. Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras. 2009. Fauzi, Muhammad. Hasil-Hasil Muktamar II Pemuda Bulan Bintang. Jakarta: Pengurus Pusat Bulan Bintang. 2006. Gharawiyan, Mohsen. Pengantar Memahami Buku Daras Filsafat Islam. Jakarta: Sadra Press. 2012. Muhammad Hasby Ashsiddiqy, Tengku. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang : PT Pustaka Rizqi Putra. 2009. Muhammad Taqi Misbah Zahdi, Ayatullah. Buku Daras Filsafat Islam Orientai ke Filsafat Islam Kontemporer. Jakarta: Shadra Press. 2010. Murtadha Muthahhari, Ayatullah. Falsafah Akhlak. Yogyakart: Rausyan Fikr Institute. 2012. Murtadha Muthahhari, Ayatullah. Pengantar Epistemologi Islam. Jakarta: Shadra Press. 2010. Rifa’i, Mohammad. Al-Qur’an dan Terjemahny.. Semarang: CV. WICAKSANA. 2005. Sudarminto, J. Epistimologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius. 2002. Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Minggu, 09 Desember 2012

Munas Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI)

Munas Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) yang di Riau, Jumat (30/11/2012) sampai Minggu (2/12/2012) lalu, telah memilih 9 presidium untuk Majelis Nasional KAHMI periode 2012-2017. Mahfud MD terpilih sebagai ketua presidium karena meraih suara terbanyak. Berikut hasil pemilihan dalam Munas KAHMI ke-IX: 1. Mahfud MD (347 suara) 2. Viva Yoga Mauladi (334 suara) 3. Anas Urbaningrum (320 suara) 4. Muhammad Marwan (313 suara) 5. Anis Baswedan (308 suara) 6. Bambang Soesatyo (260 suara) 7. Dr Hj Reni Marlina (192 suara) 8. Ms Kaban (156 suara) 9. Taufiq Hidayat (153 suara) Dari 9 presidium terpilih tersebut, hanya tiga yang berlatar belakang akademisi dan birokrat, yaitu Mahfud MD (MK), Muhammad Marwan (Birokrat), dan Anis Baswedan (Akademisi). Sementara 6 presidium lainnya berlatar belakang politisi. Terpilihnya Mahfud MD disebut merefleksikan keinginan mayoritas peserta Munas IX KAHMI yang lebih suka dipimpin tokoh yang bukan politisi.

Minggu, 18 November 2012

Penelitian Tindakan Kelas

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V DI SDN PAGAK 04 KECAMATAN PAGAK KABUPATEN MALANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008 OLEH : PEMBAYUN SEKARWIYATI, S.Pd. NIP. 196005171981122005 DINAS PENDIDIKAN UPTD TK/SD DAN PLS KECAMATAN PAGAK SEKOLAH DASAR NEGERI PAGAK 04 KECAMATAN PAGAK KABUPATEN MALANG PROPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS( PTK ) Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2007/2008 A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perl~emangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidi kan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan d bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun. Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999). Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan mcmbimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsepkonsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA yang diharapkan oleh guru adalah 90,00. Contoh Proposal PTK Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA sangat rendah yaitu mencapai 50,00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara kronologis. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat la.ngsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA. Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001 : 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih metode pembelaja.an ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa iebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu. Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul " Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas V Di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2007/2008 ". B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008? 2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008? C. Tujuan Penelitian Contoh Proposal PTK Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008. 2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008. D. Manfaat Penelitian Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Guru Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi IPA. 2. Siswa Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran IPA 3. Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah tersebut. E. HipotesisTindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut: 1. Penerapan pembelajaran disvovery dapat meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008. 2. Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008 F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa. 2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas V 3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang. 4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2007/2008. 5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. G. Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah : Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belaiar sendiri 2. Motivasi belajar adalah: Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah. lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 3. Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. H. Kajian Pustaka a. Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery) Contoh Proposal PTK Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, manbuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara meng~ajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri. Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut: * Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa. * Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa. * Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengankernampuannya masing-masing. * Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. * Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. Walalupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan ialah: * Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. * Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil. * Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan. * Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa. * Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif. b Motivasi Belajar Contoh Proposal PTK Pengertian Motivasi Motivasi adalah daya dalarn diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan-kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28). Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang rnengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. :Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Macam-macam Motivasi Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Motivasi Intrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29). Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: ]05) ada beberapa strategi dalam mengaiar untuk membangun motivasi intrins.k. Strategi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa. 2. Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok. 3. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan surnber belajar di sekolah. 4. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya. 5. Meminta siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang merniliki motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. 2. Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya (Usman, 2000: 29). Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain: 1. Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain. 2. Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TPK tersebut. 3. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar ni]ai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan. 4. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru. 5. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar. 6. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa. Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya. c. Prestasi Belajar IPA Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Contoh Proposal PTK Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk rnengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA. d. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery) Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh pctensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode pembelajaran yarg memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan jawaban (Syafi'udin, 2002: 19). Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. I. Metode Penelitian a. Jenis Penelitianti Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001) b. Kehadiran Peneliti Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut : 1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran 2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas 3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat 4. Melaporkan hasil penelitian c. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di……. d. Data dan sumber 1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 – C 6. Data untuk hasil penelian diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test). 2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas……. Sebagai obyek penelitian e. Prosedur pengumpulan data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa 2. Angket Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif 3. Observasi Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi dilakukan oleh 3 orang observer. 4. Test Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup 5. Catatan lapangan Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini f. Analisis data 1. Kemampuan Berfikir Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus II. Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa Skor riil X 4 Skor maks Keterangan: Skor riil : skor total yang diperoleh siswa Skor maksimal : Skor total yang seharusnya diperoleh siswa 4 : Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran ) 2. Hasil Belajar Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007) g. Tahap-tahap penelitian Contoh Proposal PTK Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif……… Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi. Siklus I 1. Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah : * Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK. * Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai * Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa. * Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis, jenis kelamin,maupun etnis. * Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan 2. Pelaksanaan Tindakan * Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan model……Adapun langkah – langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran) * Kegiatan penutup Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Observasi Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya. 4. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai. Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II Silus II Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I. DAFTAR RUJUKAN Contoh Proposal PTK Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dikutip dari: http://www.sarjanaku.com

Selasa, 13 November 2012

.....

Rabu, 05 Januari 2011

FASE PERKEMBANGAN DEWASA AWAL ATAU DEWASA MUDA (20-40 TAHUN)

Oleh : Muhammad Abdul Nafi' *

A. PENDAHULUAN

Setiap manusia secara Sunnatullah saling terkait. Sehingga, akan membentuk kelompok-kelompok kecil yang notabennya adalah sebuah komunitas dan akan berbaur membentuk komunitas besar. Satu dengan yang lainnya akan saling berinteraksi, entah berinteraksi positif (saling tolong-menolong, gotong royong, bekerja sama) maupun interaksi negative (saling menjatuhkan, menindas, mengadu domba, dll). Hubungan atau interaksi antar manusia perlu adanya aturan yang mampu mengubah atau menjadikan tatanan yang buruk menjadi lebih baik. Dalam masyarakat banyak sekali norma-norma yang mengatur, tetapi masih saja kurang efektif dalam pelaksanaannya. Ada satu argument kuat, bahwa aturan yang paling baik dan efektif adalah aturan yang termaktub dalam agama Islam. Disamping aturan yang baik, unsur pendidikan dan usia menjadi faktor yang cukup menentukan dalam terwujudnya tatanan sosial yang baik. Pengelompokan manusia berdasarkan usia akan membantu dalam berinteraksi dengan mereka. Interaksi dengan anak-anak sudah barang tentu berbeda dengan orang dewasa.
Para psikolog melakukan eksperimen, bahwa usia-usia paling produktif adalah usia antara 20-40 tahun. Dewasa awal atau yang sering disebut juga dengan dewasa muda, yaitu antara umur 20-40 tahun merupakan tahap perkembangan yang paling dinamis sepanjang rentang kehidupan manusia, sebab seseorang mengalami banyak perubahan-perubahan progresif secara fisik, kognitif maupun psikososio-emosional, untuk menuju integrasi kepribadian yang semakin matang dan bijaksana. Seorang dewasa muda telah menunaikan tugas perkembangan masa remaja seperti telah menyelesaikan pendidikan menengah maupun atas, mengikuti dan menamatkan pendidikan tinggi(universitas), meniti dan meraih puncak karir, menikah, membentuk dan membina keluarga baru, berpartisipasi sebagai warga negara yang aktif dan produktif untuk memantapkan status social ekonomi keluarga dan sebagainya. Pemerintah Negara Indonesiapun menaruh perhatian terhadap dewasa muda, karena mereka akan menduduki posisi kepemimpinan bangsa dimasa depan, sehingga perlu dibentuk kementrian pemuda. Mengingat betapa peran strategis yang penting pada kaum muda, maka sudah selayaknya memikirkan, memahami dan membuat kebijakan yang tepat bagi mereka.
Dengan latar belakang demikian, maka penulis memberanikan diri untuk menyusun artikel ini dengan tujuan untuk mempelajari dan memahami aspek-aspek perkembangannya secara komprehensif dan terintegratif. Semoga artikel ini bermanfaat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Dewasa muda sebagai masa transisi
2. Aspek-aspek perkembangan fisik
3. Perkembangan psikologi dewasa muda
4. Perkembangan keagamaan

C. PEMBAHASAN MASALAH

1. Dewasa muda sebagai masa transisi
Ada beberapa transisi pada masa ini :
a. Transisi fisik
Pada usia ini seorang dewasa muda mengalami masa peralihan dari masa remaja menuju masa tua. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja,menikah, dan mempunyai anak. Perubahan fisiknya misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.
b. Transisi Intelektual
Pada usia ini seorang dewasa muda mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berfikir abstrak,logis, dan rasional. Dari sisi intelektual mereka sebagian besar sudah lulus sma dan memasuki perguruan tinggi. Kemudian, setelah lulus perguruan tinggi mereka mengembangkan karir untuk meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya.
c. Transisi peran social
Pada usia ini seseorang akan mencari pasangan dan menikah serta memisahkan diri dari kedua orang tuanya. Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga sedangkan seorang perempuan sebagai ibu rumah tangga, dengan tanpa meninggalkan karir bekerja. Peran mereka semakin luas, tidak hanya pribadi tetapi mengurus anak-anak, keluarga dan masyarakat sekitar, seperti aktif dalam PKK dan RT.
2. Aspek-aspek perkembangan fisik
Golongan dewasa muda telah mencapai puncak kekuatan, energy, dan ketekunan yang prima. Secara fisik mereka mempunyai kekuatan tubuh yang prima, sehingga mereka giat melakukan aktifitas seolah-olah tidak mengenal rasa lelah. Barangkali berbagi kegiatannya sangat padat dan masinh-masing harus memperoleh perhatian serius. Namun mereka tetap tekun dalam melakukan aktifitas-aktifitas itu sampai menghabiskan banyak waktu, energy ataupun biaya terus menerus. Akibatnya mereka bekerja sampai jauh malam bahkan kadang-kadang lupa mengurus diri sendiri, misalkan lupa makan, mandi, istirahat. Hal inji terjadi karena dito Pang dengan kondisi yang sehat juga ddengan kemauan dan ketekunan yang luar biasa.
3. Perkembangan psikologi dewasa muda
Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas, dan kemudian mereka memasuki jenjang karir dalam pekerjaannya. Kehidupan psikologi dewasa muda makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja. Karena selain bekerja, mereka akan memsuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap harus memperhatikan orang tua yang makin tua. Pada usia ini merupakan masa penyesuaian diri, masa komitmen, yakni harus bertanggung jawab secara mandiri. Yang dulunya tergantung pada orang tua sekarang hidup mandiri. Masa ini termasuk juga masa yang kreatifkarena sudah tidak terikat lagi dengan orang tua sehingga bebas dengan kreatifitas yang disukai.
4. Perkembangan keagamaan
Dalam tahap awal perkembangan psikososial (dari Erikson) setelah memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar pada diri anak, tumbuhlah perasaan mempercayai pihak otoritas. Disini anak belajar mempercayai orang lain, terutama pada orang tua yang telah memelihara dan memberikan kasih saying. Mereka juga mengembangkan konsep tentang hal yang baik dan yang buruk. Dari sisi perkembangan kognitif(dari kohlberg) yakni masa pre-operasional, pemikiran anak terbuka terhadap berbagai kemungkinan yang baru. Mereka beranggapan antara fantasi dan kenyataan(realitas) terjadi secara bersamaan. Salah dan benar merupakan konsekuensi dari perbuatan yang dilakukannya. Sebagai anak-anak, mereka berusaha memahami kekuatan yang mengatur(mengontrol) kehidupan dunia. Mereka sering membuat khayalan-khayalan (imajinasi), bentuk kekuasaan atau macam kekuatan yang menyebabkan kelangsungan hidup makhluk maupun isi dunia. Bentuk-bentuk imajinasi yang muncul, bagaimana gambaran tentang neraka, surga, Tuhan, yang pernah diceritakan orang tua atau yang dibaca di dalam buku-buku. Cirri khusus imajinasi anak-anak masa ini, ditandai dengan imajinasi yang irasional(irrasional image), sebab kapasitas kognitifnya yang masih bersifat pre-operasional. Selain itu, karena sikapnya yang ego sentris, anak-anak sulit membedakan pandangan sendiri dengan pandangan dari orang tua, dalam pikiran mereka tergambar adanya keharusan seseorang (manusia) untuk patuh (obedience) agar memperoleh ganjaran(berkat), dan hukuman bagi orang yang tidak patuh.
Pada usia ini seseorang sudah mulai meningkat percaya terhadap hal-hal yang abstrak. Kepercayaan akan tuhan mutetapi aplikasi ibadahnya menurun karena sibuk dengan ekonomi dan karir. dari bertambahnya usia, hingga mencapai pada usia akhir pada usia muda yaitu mendekati usia 40, seseorang bisa mencapai tahapan keyakinan keagamaan yang tertinggi. Keyakinan ini berkaitan dengan system keyakinan transcendental yang melampauhi seluruh ajaran agama atau kepercayaan di dunia. Orang yang telah mencapai tahap ini tidak memiliki pandangan yang sempit, yaitu hanya terbatas pada ajaran agamanya saja. Pandangannya telah menyeluruh (komprehensif, holistic, integratif) Dan menembus sekat-sekat kesukuan, kebangsaan, agama, jenis kelamin, dan strata social. Segala hal yang bersifat paradox dan menimbulkan pertentangan telah dihapuskan. Yang ada hanyalah kesederajatan, kesetaraan, dan kesamaan antara manusia dihadapan tuhan Yang Maha Esa. Manusia baik kaya-miskin,pandai- bodoh, berkulit hitam-putih, dan laki-laki - perempuan di hadapan tuhan sama. Yang membedakan adalah ketaqwaannya.

D. KESIMPULAN

Usia dewasa muda (umur 20-40 tahun merupakan usia paling produktif), bahkan puncak karir bisa dicapai diusia dewasa muda akhir yaitu sekitar usia 40. Usia ini perlu adanya pembinaan dan pendampingan secara intensif sehjingga power dan potensinya dapat digunakan secara optimal. Adapun cirri-ciri dominannya adalah sebagai berikut :
1. Usia reproduksi, yaitu kemauan kuat untuk menikah dan memiliki keturunan
2. Masa bermasalah, khususnya berhubungan dengan penyesuaian diri, rumah tangga, peran sebagai orang tua, dan pekerjaan.
3. Masa koomitmen, yaitu setelah terlepas dari orang tua, dibutuhkan komitmen pribadi yang kuat untuk kehidupan yang baru.
4. Masa kreatif, yaitu setelah terlepas dari orang tua maka bebas berkreasi.
5. Perkembangan keagamaannya paling minim karena lebih fokus dalam bidang ekonomi.

Artikel ini disadur dari buku “Psikologi Perkembangan Dewasa Muda (20-40 Tahun)” karangan Agoes Dariyo yang diterbitkan oleh PT. GRAMEDIA WIDIA SARANA INDONESIA di Jakarta pada tahun 2003.

* Ketua Umum HMI Komisariat Widya Buana Semarang Periode 2009-2010 M.

PERADABAN ISLAM DI MASA SOEKARNO

Oleh : Muhammad Abdul Nafi' *
I. PENDAHULUAN

Manusia diturunkan di muka bumi tidaklah bebas tanpa batas yang hanya berfoya-foya menikmati suguhan karunia Tuhan yang tiada habis-habisnya, melainkan menjalankan amanah suci, yaitu sebagai khalifah di muka bumi. Dalam perjalanannya manusia mengalami dinamika yang tidak terlepas dari pengaruh komunitasnya masing-masing. Komunitas satu dengan komunitas yang lainnya sudah barang tentu berbeda dalam menjalani amanah sebagai khalifah di muka bumi. Satu hal yang sangat mendasar mengenai perbedaan tersebut adalah paradigma komunitas dalam menyikapi dan memaknai amanah khalifah yang dalam hal ini pimpinan komunitas sangat mendominasi dalam membentuk paradigma anggota komunitasnya. Pimpinan yang bijak akan memprogramkan dan mengarahkan anggota komunitasnya pada peningkatan paradigma yang lebih baik melalui berbagai pelatihan dan pendidikan yang sesuai. Menyinggung mengenai komunitas, tentu akan teringat mengenai komunitas pemuda Indonesia di tahun 20 an yang gigih membangun komunitasnya dengan berbagai cara sehingga menghasilkan deklarasi bersama yang terkenal dengan sebutan deklarasi “Sumpah Pemuda”. Sumpah Pemuda inilah yang akhirnya menyatukan semua komunitas perjuangan bangsa, terutama para pemuda. Komunitas kecil satu bergabung dengan komunitas yang lain membentuk sebuah komunitas besar yang akhirnya terbentuklah sebuah bangsa dan negara yang berperadaban.
Peradaban di Indonesia banyak dipengaruhi oleh nilai-niai dan ajaran Islam. Hal ini terjadi karena sebagian besar penduduknya adalah muslim. Peradaban Islam sekarang sudah barang tentu tidak akan lepas dengan peradaban masa lampau. Dalam makalah ini penulis akan mencoba menguak tentang peradaban Islam di masa awal-awal kemerdekaan hingga berakhirnya Orde Lama.


II. RUMUSAN MASALAH


1. Profil Presiden Soekarno
2. Partisipasi umat dalam pendirian dan mempertahankan NKRI.
3. Dinamika politik umat di masa Soekarno.
4. Perekonomian di masa Soekarno.
5. Kehidupan beragama di masa Soekarno.
6. Pendidikan umat di masa Soekarno.

III. PEMBAHASAN

A. Profil Presiden Soekarno


Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Cokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.
Soekarno pada perjalanannya disamping sebagai seorang negarawan yang progresif revolusioner, juga tercatat sebagai seorang pemikir Islam yang secara langsung hendak mengembalikan berfikir dikalangan kaum muslimin, agar mereka yang harus mewarisi ajaran Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin serta ulama-ulama yang besar. Meskipun harus memiliki kehidupan berfikir yang progresif, juga harus sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Dengan kerajinan, ketekunan dan kesabaran dipelajarinya buku-buku tentang Islam baik yang ditulis oleh para orang Barat dalam aneka bahasa maupun buku-buku risalah yang ditulis oleh ulama-ulama Indonesia dalam bahasa ndonesia. Disamping melalui pendidikan dari ulama Syarikat Islam (SI) seperti Haji Oemar Said Tokroaminoto, Soekarno juga mengadakan kontak dengan Ahmad Hasan seorang ulama Islam dari Bandung. Di dalam surat-menyurat inilah Soekarno mulai menumpahkan isi hati dan jiwanya dan penyelidikan yang secara teliti, beliau membaca Al-Qur’an dan Hadits, kemudian dikonfrontasikan dengan pengalaman dan keadaan masyarakat Islam yang dilihat di sekitarnya. Dengan tinjauan dan pikiran yang kritis dicobanya menganalisa sebab-sebab pengunduruan dan kesuraman yang meliputi alam cakrawala Islam. Semakin lama dalam penggalian Soekarno dalam Islam maka lahirlah pikiran-pikiran beliau yang terserak baik berbentuk tulisan, artikel, pidato, ceramah-ceramah, dan sebagainya yang kesemuanya bernafaskan modernis dalam Islam. Hasil kaji dan pengalamnnya selama ini dipakainya sebagi bekal serta modal utama dalam mengarungi lautan perjuangan hidup baik beliau sebagi pribadi maupun sebagai Pimpinan Besar Revolusi Indonesia dan sebagai Kepala Negara Indonesia.
Soekarno merupakan salah satu pemuda bangsa yang sangat gigih melakukan perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, disamping masih banyak tokoh yang lain seperti Adam Malik, Sutan Syahrir, Mohammad Hatta, Wahid Hasyim, Tan Malaka, Mohammad Roem, Mohammad Natsir, dan lainnya. Pada perjalanannya Soekarno dan Mohammad Hatta secara bulat terpilih sebagai presiden dan wakil presiden pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Presiden Soekarno atau akrab dengan sebutan Bung Karno memang sosok yang sangat dikagumi peran perjuangannya untuk bangsa, walaupun pernah melakukan sedikit kesalahan, yaitu membekukan parlemen pada tahun 1959 dan mengangkat diri sebagai presiden seumur hidup pada tahun 1963. Masih banyak jasa-jasanya yang baik dan perlu diteladani seperti perjuangan perdamaian dunia, kemerdekaan bangsa, termasuk dalam mengembalikan Irian Barat pada masa Demokrasi Terpimpin, tidak akan pernah dilupakan orang, peran besarnya dalam mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku akan tetap tercatat dengan tinta emas dalam sejarah Indonesia.

B. Partisipasi Umat Dalam Pendirian dan Mempertahankan NKRI

Kemerdekaan Indonesia tidaklah didapat dengan cuma-cuma atau hanya sekedar pemberian dari negara lain, melainkan melalui usaha, perjuangan, dan pengorbanan besar, baik jiwa, raga, ataupun harta umat. Ribuan bahkan kalau didata dengan mendetail bisa mencapai jutaan mujahidin syahid dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa. Para mujahidin gugur dengan tetap meninggalkan bara semangat yang diwariskan kepada para penerusnya untuk tetap berjuang merebut kemerdekaan. Mereka terdokumentasikan dalam arsip negara yang sering disebut dengan “Pahlawan Nasional”. Berbagai cara dilakukan untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu merdeka seutuhnya. Ada yang melalui militer, diplomasi, pendidikan, dan sebagainya.
Gerakan bersama untuk merebut kemerdekaan tidak langsung muncul disetiap benak umat. Gerakan pembaharuan Islam yang pada akhirnya bertujuan merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah sangat dipengaruhi oleh gerakan pembaharu Timur Tengah, seperti gerakan Wahabi, sebuah gerakan reformis puritanis (salafiyyah). Gerakan ini merupakan sarana yang menyiapkan jembatan ke arah pembaharuan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual. Katalisator terkenal gerakan pembaharuan ini adalah Jamaluddin al-Afghani (1897). Ia mengajarkan solidaritas Pan-Islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa, dengan kembali kepada Islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi. Gerakan yang lahir di Timur Tengah tersebut telah memberikan pengaruh kepada gerakan kebangkitan Islam di Indonesia.
Bermula dari pembaharuan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan Islam semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor (1909) dan Solo (1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat (1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (Persis) di Bandung (1920-an), Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya (1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) di Candung, Bukittinggi (1930), dan partai-partai politik, seperti Sarekat Islam (SI) yang merupakan kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932) yang merupakan kelanjutan dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938. Dalam waktu yang yang hampir bersamaan muncul juga organisasi-organisasi sosial lain yang sifatnya umum tidak agamis, walaupun sebagian besar di dalamnya juga orang-orang muslim, seperti Budi Utomo (1908), Taman Siswa, dan sebagainya.
Nasionalisme dalam pengertian politik yang berorientasi pada kemerdekaan penuh baru muncul dan terwacanakan ke publik setelah H. Samanhudi menyerahkan tampuk pimpinan SDI pada bulan Mei 1912 kepada HOS Cokroaminoto yang mengubah nama menjadi SI dan sifat organisasi serta memperluas ruang geraknya. Sebagai organisasi politik pelopor nasionalisme Indonesia, SI pada dekade pertama adalah organisasi politik besar yang merekrut anggotanya dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Mulailah perjuangan umat dalam meraih kemerdekaan memiliki wadah yang legal, dalam sebuah partai perjuangan. Namun, wadah besar ini tidah kokoh bertahan hingga teraih cita-citanya, karena perbedaan ideologi maupun aliran pengurus dan anggotanya. Banyak yang memisahkan diri mendirikan partai baru, seperti Semaun dan kawan-kawannya dengan PKI (1923), Partai Indonesia (Partindo) tahun 1931, Soekarno dan teman sepemikirannya dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) di tahun 1927.
Baik dari golongan agamis, nasionalis, maupun abangan (awam), semuanya adalah umat muslim yang senantiasa merindukan kemerdekaan Indonesia. Ada yang tetap konsisten berjuang melaluinya partainya, ada pula yang beralih melalui perlawanan bersenjata langsung. Perjuangan mereka terus berlanjut hingga puncaknya disaat Jepang yang pada saat itu menduduki Indonesia dibom atom oleh Sekutu. Jepang pun pulang ke negaranya. Melihat peluang yang demikian, maka para pemuda mujahidin menculik Soekarno dan Hatta ke Rengas Dengklok untuk segera menyusun rencana dan segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Perjuangan tidaklah sampai disini, kemerdekaan yang sudah didapat melalui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan. Belanda melakukakan agresi militernya yang kedua. Para tentara yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman dan mujahidin seperti laskar Hisbullah melakukan perlawanan mempertahankan kemerdekaan.
Barisan yang berusaha mempertahankan kemerdekaan berasal dari bermacam-macam kelompok dan daerah. Di Jakarta, pemuda-pemuda yang sebelumnya membentuk kelompok politik, membentuk Komite van Aktie bermarkas di Jalan Menteng Raya nomor 31. Kelompok ini kemudian bergabung dengan API (Angkatan Pemuda Indonesia), BARA (Barisan Rakyat Indonesia), dan BBI (Barisan Buruh Indonesia). Di Jawa lahir Hisbullah, Sabilillah, Barisan Banteng, Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), dan lain-lain. Selain itu, lahir juga barisan-barisan pelajar seperti Tentara Pelajar. Di Semarang lahir AMRI (Angkatan Muda Republik Indonesia), di Surabaya lahir PRI (Pemuda Rakyat Indonesia). Di Aceh ada Pemuda Republik Indonesia (PRI) dipimpin oleh A.Hasyimi, di Sumatera Utara ada Pemuda Republik Indonesia Andalas, dan lain-lain. Selain organisasi besar yang berbasis Islam, ada pula kelompok-kelompok seperti Barisan Kiai, Barisan Sabil, Perkumpulan Anak Deli Islam, Mujahidin di Aceh, Pasukan Islam Daerah Pekalongan, AOI (Angkatan Oemat Islam) Kebumen, dan lain-lain.

C. Dinamika Politik Umat di Masa Soekarno

Presiden Soekarno merupakan salah satu contoh sosok yang sangat demokratis dan pluralis dalam sejarah politik Indonesia pasca kemerdekaan. Hal ini terbukti dengan konsep “NASAKOM” nya yang mencoba diinternalisasikannya di Indonesia. Soekarno mencoba memformat tiga ideologi yang berbeda yaitu nasionalis, agamis, dan komunis duduk bersampingan membangun Bangsa Indonesia. Hal inilah yang menjadi awal pergulatan politik umat di masa pemerintahan Presiden Soekarno (Orde Lama).
Indonesia resmi merdeka secara hukum Internasionaanggal adalah setelah selesai Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda pada tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949. Hasil Konferensi ini adalah penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Indonesia menjadikan berdirinya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 27 Desember 1949. Mulailah kehidupan politik bangsa berjalan, yang pada perjalanannya saling berbenturan dengan adanya konsep “NASAKOM”.
Perpolitikan umat diawali dengan terbentuknya SI, kemudian menjadi SDI, dan akhirnya muncullah MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) suatu badan federasi bersatunya tokoh pemikir Islam. MIAI yang mula-mula dibentuk untuk wadah dakwah, akhirnya balik melawan penjajah. Jepang pada bulan Oktober 1943 membubarkan MIAI, karena MIAI membelot melawan Jepang.
Pada perjalanannya untuk menyatukan umat merapat menjadi satu barisan dan akibat pendeknya usia Piagam Jakarta, maka dibentuklah partai Islam baru, yaitu Masyumi. Masyumi berdiri pada 7-8 november 1945 yang sepenuhnya merupakan hasil karya pemimpin-pemimpin umat Islam dalam sebuah kongres bertempat digedung madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam kongres November itu tercatat sebagai ketua panitia ialah Muhammad Natsir dengan anggotanya Soekiman Wirjosendjoyo, Abi Kusno, Cokrosujoso, Wahid Hasyim, Wali Al Fatah, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Sri Paku Alam VIII, dan A. Ghofar Ismail. Pengurus Masyumi periode awal terdiri dari Majelis Syuro yang diketuai oleh KH. Hasyim Asy’ari dan Pengurus Besar (Badan Eksekutif) yang diketuai oleh Soekiman Wirjosendjojo. Mohammad Natsir sendiri pada periode awal itu merupakan anggota Pengurus Besar. Dalam dinamikanya, Masyumi sebagai satu-satunya yang mewadahi semua golongan dan tokoh Islam akhirnya pun pecah. Pada juli 1947 SI melepaskan diri dari Masyumi dan mengembalikan SI kepada posisi partai yang berdiri sendiri, yaitu menjadi PSII. Goncangan besar terjadi lagi dalam tubuh masyumi pada mei 1952, NU memisahkan diri dan menyatakan diri sebagai sebauah partai polotik. Sekalipun anggota parlemen Masyumi yang menyeberang ke NU hanya 8 orang, NU punya massa umat yang cukup besar dibeberapa daerah tertentu seperti di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Kebesaran jumlah pengikut NU dibuktikan oleh hasil Pemilu I pada September 1955, dimana NU berhasil keluar sebagai salah satu partai besar setelah PNI dan Masyumi dengan wakil dalam parlemen sejumlah 45 orang. NU muncul sebagai partai yang diperhitungkan. Dengan tampilnya NU sebagai partai politik maka umat Islam Indonesia terpecah dalam 4 partai : Masyumi, PSSI, NU dan Perti yang telah menjadi partai politik sejak Desember 1945.
Lewat Mosi Integral Muhammad Natsir dan kawan-kawan dalam parlemen, pada 1950 dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibawah paying UUDS 1950. Presiden hanya sebagai simbol, pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan. Untuk NKRI sebagai Perdana Menteri I dipilih Mohammad Natsir berdasarkan prestasi politiknya berupa pengajuan Mosi Integralnya yang terkenal. Masyumi di bubarkan oleh Soekarno pada akhir tahun 1960. Meskipun Masyumi dibubarkan, umat Islam masih punya wadah yang lain yaitu partai Islam yang lain dan partai nasionalis, seperti PNI. Umat Islam dalam berpolitik demi terwujudnya Negara Indonesia yang berkeadilan, sangatlah agresif dan antusiasme yang tinggi.

D. Perekonomian Umat di Masa Soekarno


Perekonomian umat pada masa ini baru memulai tahapan awal, merintis, dan mencoba bertahan dengan sumber daya lokal. Umat masih sibuk dengan pergolakan mempertahankan kemerdekaan dan pergolakan politik internal Indonesia. Perkembangan ekonomi secara pesat adalah pada masa pemerintahan setelahnya, yaitu pemerintahan Soeharto dengan program PELITA nya.
Selama 21 tahun pertama Indonesia merdeka (1945-1966), yang merupakan pemerintahan Soekarno, perekonomian umat menghadapi tantangan dan ujian berat termasuk di dalamnya rongrongan politik baik dari dalam maupun dari luar, yang nyaris meruntuhkan sendi-sendi ekonomi nasional. Perpecahan kepemimpinan politik nasional menjadi-jadi dengan pengunduran diri Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia pada tahun 1957. Meskipun pada tahun 1959 paham Kapitalisme-Liberalme secara konstitusional ditolak dengan diberlakukannya lagi UUD 1945, tetapi sistem ekonomi nasional ternyata berkembang menjadi sistem ekonomi etatistik (serba negara) yang mematikan segala kreasi umat. Ekonomi Komando yang berlangsung tujuh tahun (1959-1966) dan mencapai titik paling kritis dengan hiperinflasi 650% pada tahun 1966, hampir-hampir melumpuhkan seluruh sistem produksi dan distribusi nasional. Menjelang berakhirnya Orde Lama (1963), Soekarno menyampaikan konsep ekonomi terkenal, yaitu Dekon (Deklarasi Ekonomi). Dekon berisi semacam ”janji” atau tekad untuk menggunakan sistem ekonomi pasar, sebagai ”koreksi” atas praktek-praktek Ekonomi Komando. Tekad ini sayangnya tidak dapat dilaksanakan karena partai-partai politik sesuai aspirasinya menafsirkan pengertiannya secara berbeda-beda, sehingga kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mengikutinya tidak ada yang dapat berjalan.
Pada masa awal-awal pemerintahan Soekarno, yaitu beberapa bulan setelah kemerdekaan perekonomian mulai ditegakkan. Ekonomi ditegakkan memlalui program pemulihan dan perbaikan keadaan pasca penjajahan. Pada perkembangannya program ekonomi dirancang dan dilaksanakan secara intensif pada kabinet Syahrir I, yaitu mencanangkan program pokok yang mencakup aspek ekonomi berupa memperbaiki kemakmuran rakyat diantaranya melalui distribusi pangan dan menanggulangi keuangan Republik. Pada kabinet Syahrir II beberapa pokok program ekonomi meliputi penyempurnaan produksi, distribusi pangan dan sandang, dan pengambil alihan perusahaan perkebunan asing. Di tengah-tengah gejolak revolusi pada saat itu, sempat muncul pemikiran ekonmi yakni siasat pembangunan ekonomi yang dicanangkan pada kabinet Syahrir tahun 1947. Muhammad Hatta ditunjuk sebagai ketua Komite Siasat Ekonomi.
Pada tahun 1950-an pada dasarnya indonesia belum memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Langkah-langkah yang ditempuh hanyalah berupa rehabilitasi struktur perekonomian dan penanggulangan kesulitan keuangan. Baru pada tahun 1991 muncul kebijakan ekonomi yang dikenal dengan Rencana Urgensi Perekonomian. Rencana Urgensi Ekonomi ini dilandasi suatu gagasan mulia, yakni mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi Nasioanal, dengan industrialisasi sebagai motornya. Kebajakan lainnya muncul pada periode Demokrasi Parlementer yaitu mendorong terciptanya lapisan pengusaha nasional. Sejumlah fasilitas di sediakan pemerintah agar pengusaha nasional dapat bangkit dan mampu menjadi mitra pemerintah dalam membangun ekonomi nasional. Kebijakan ini terkenal dengan sebutan Kebijakan Benteng yang menekankan Indonesianisasi. Kebijakan Benteng melonggarkan fasilitas memasukan barang dari luar negeri kepada pengusaha nasional, yang maksudkan agar mereka mampu memupuk sumber dana untuk tumbuh sebagai pengusaha bermodal tangguh. Barulah pada pemerintahan Demokrasi Terpimpin dengan kabinet Hatta, terbentuklah Sistem Ekonomi Komando.


E. Kehidupan Beragama di Masa Soekarno


Peradaban Indonesia yang terkait dengan kehidupan beragama pada masa Presiden Sukarno, cukup menonjol. Hampir semuanya didominasi oleh nuansa Islam. Bahkan, awal dari konsep Piagam Jakarta pun yang mendasari tercetuskannya Pancasila, ada imbuhan kata-kata yang meruujuk pada pengamalan syari’at Islam. Peradaban pada masa ini betul-betul didominasi oleh pemikiran-pemikiran dan kultur Islam.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, para pemimpin rakyat Indonesia sepakat untuk menerapkan bentuk republik dalam pemerintahan Indonesia (proses akhirnya). Dan pemerintahannya didasarkan pada asas Pancasila dan UUD 1945. Sila-sila dalam Pancasila itu sendiri, jika dikaitkan dengan ajaran syari’at Islam akan ditemukan kesamaannya dalam Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama umat Islam. Pada masa pemerintahan Sukarno, dibemtuklah Departemen Agama yang pada awal-awalnya disebut dengan Kementrian Agama, yang pertama kali didirikan pada masa kabinet Syahrir. Sampai sekarang menteri agamanya masih dipegang oleh seorang muslim.
Sebelum terbentuknya kementrian ini, ada pembahasan mengenai apakah kementrian ini akan dinamakan Kementrian Agama Islam ataukah Kementrian Agama saja. Akhirnya diputuskan menjadi Kementrian Agama, yang pertama-tama mempunyai tiga seksi dan kemudian empat seksi masing-masing untuk kaum muslimin, umat Protestan, umat Katolik Roma dan Umat Hindu Budha (dulu disebut agama Hindu Bali). Pada perkembangan selanjutnya terbagi menjadi lima, yaitu Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Katolik, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Protestan, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha. Menteri Agama juga dibantu oleh lembaga Inspektorat Jendral, Sekretariat Jendral, Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) Agama dan Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Pegawai.
Pada masa ini juga terbentuklah Majlis Ulama’ Indonesia (MUI) yaitu di Jawa Barat pada tanggal 12 juli 1958, yang disusul berdirinya MUI pusat pada bulan Oktober 1962 disamping untuk pembinaan mental, rohani, dan agama masyarakat, oleh pemerintah waktu itu majelis ini dimaksudkan juga untuk ikut andil bagian dalam ”penyelenggaraan revolusi dan pembanguanan semesta berencana” dalam rangka demokrasi terpimpin. MUI menjadi salah satu wadah pemersatu umat dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda.
Berbicara mengenai haji, Indonesia dari waktu ke waktu tercatat sebagai negeri yang banyak mengirim jama’ah haji. Pada tahun 1950 sebuah yayasan, yaitu Yayasan Perjalanan Haji Indonesia, didirikan di Jakarta. Pemerintah memberikan kuasa kepada Yayasan tersebut untuk menyelenggarakan perjalanan haji. Sebuah bank, Bank Haji Indonesia dan sebuah perusahaan kapal, MUSI (Pelayaran Muslimin Indonesia) juga didirikan. Kehidupan beragama pada masa ini cukup terjamin dan menjadi salah satu bidang yang diprioritaskan oleh Presiden Soekarno.

F. Pendidikan Umat di Masa Soekarno

Setelah Indonesia merdeka, terutama setelah berdirinya Departemen Agama, persoalan pendidikan mulai mendapat perhatian lebih serius. Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dalam bulan Desember 1945 menganjurkan agar pendidikan madrasah diteruskan. Adapun tingkatan pendidikannya adalah Raudlatul Athfal (2 tahun), Ibtida’iyah (6 tahun), Tsanawiyah (3 tahun), Aliyah (3 tahun). Adapun gagasan mengenai pendirian lembaga pendidikan agama Islam sebenarnya telah sejak zaman Belanda sudah dimiliki oleh umat Islam. Usaha ini diawali oleh Dr. Satiman Wirjosandjoyo yang mendirikan Pesantren Luhur pada tahun 1938 sebagai pusat pendidikan Islam meskipun akhirnya gagal karena intervensi pejajah Belanda. Mahmud Yunus membuka Islamic College pertama, yaitu pada tanggal 9 Desember 1940 di Padang yang terdiri dari fakultas Syari’ah dan fakultas Pendidikan dan Bahasa Arab. Akan tetapi lembaga ini hanya bertahan hingga tahun 1942 karena adanya pendudukan Jepang di indonesia.
Universitas Islam Indonesia adalah perguruan tinggi Islam pertama yang memiliki fakultas-fakultas non agama. Ia bermula diawal tahun 1945, disaat Masyumi memutuskan untuk mendirikan perguruan tinggi Islam di Jakarta. Sebuah panitia persiapan di bawah pimpinan Muhammad Hatta Wakil Presiden RI pertama mengerjakan perencana pelaksanaannya Pada mulanya lembaga ini dididrika untuk melatih ulama’-ulama’ yang berpendidikan baik, yaitu orang yang telah mempelajari Islam Secara luas dan mendalam,dan memperoleh standar pengetahuan umum yang memadai. Studi di lembaga ini berlangsung selama dua tahun sampai mencapai gelar sarjana muda, di tambah 2 tahun untuk memperoleh gelar sarjana. Kurikulumnya mencontoh dari Universitas Al Azhar Kairo. Karena ada serbuan dari pasukan sekutu maka lembaga ini hancur dan di tutup. Dibukalah kembali pada tanggal 10 april 1946 di Jogjakarta. Mula-mula ada 2 kursus yang dibuka, yaitu ilmu agama dan ilmu masyarakat. Pada bulan November 1947, lembaga ini diubah menjadi 4 fakultas yaitu syariah, hukum, pendidikan dan ekonomi. Pada tanggal 22 januari 1950 sejumlah pemimpin Islam mendirikan universitas Islam di Solo, dan 20 februari 1951 kedua universitas Islam di Jogjakarta dan di Solo itu di satukan dengan nama Universitas Islam Indonesia (UII). Setelah itu mulai banyak muncul perguruan tinggi dan universitas Islam. Fakultas Agama di UII diambil alih dan dipisahkan oleh pemerintah dan pada 26 september 1951 dibukalah PTAIN dibawah pengawasan Kementerian Agama. Pada tahun 1957, di Jakarta didirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA). Pada tahun 1960 PTAIN dan ADIA disatukan menjadi IAIN dibawah Kementerian Agama. Pada perkembangannya IAIN memiliki 2 fakultas di Jogjakarta dan 2 di Jakarta. IAIN terus berkembang pesat, hingga pada tahun 1992 tercatat ada 14 buah IAIN di Indonesia.
Pendidikan mahasiswa Islam disamping melalui pendidikan formal, yaitu melalui pendidikan di IAIN atau di UII, banyak yang berkecimpung dalam diskusi non formal yang akhirnya pada masa ini terbentuklah kelompok-kelompok diskusi Islam sebagai penunjang pendidikan Islam. Satu wadah yang memfasilitasi wahana mahasiswa ini adalah kelompok diskusi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berdiri pada tanggal 5 februari 1947 di Jogjakarta dengan Ketua Umum Lafran Pane. Pada perkembangannya wahana diskusi berkembang dan bermunculan dimana-mana. Pada tanggal 17 April 1960 berdirilah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dengan Ketua Umum pertama Mahmud Junaidi yang sebelumnya juga merupakan pengurus HMI. Diskusi dikalangan mahasiswa semakin progresif dan penuh dinamika. Beberapa tahun setelahnya di Universitas Gajah Mada (UGM) para aktivis Muhammadiyah melalui Lembaga Dakwah Muhammadiyah yang dikoordinasikan oleh Jazzman Alkindi, Amin Rais (juga aktivis HMI dan mempunyai keanggotaan ganda), Margono, Sudibyo Markus, Kastolani, Slamet Soekirnanto, Zulkabir, Abdul Muis, dan Rosad Sholeh dari IAiN Jogjakarta mendirikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). IMM ini dideklarasikan pada tanggal 14 Maret 1964 di Gedung Dinoto Yogyakarta atas restu Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pendidikan umat terutama pendidikan Islam pada masa Soekarno tumbuh pesat dengan output yang hebat dan banyak yang ikut mewarnai dinamika bangsa pada tahun-tahun berikutnya.

IV. KESIMPULAN

Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Soekarno merupakan sosok yang sangat terkenal dengan semangat perjuangan kemerdekaan dan nasionalismenya.
Berkaitan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan, banyak barisan yang ikut andil, mereka dari bermacam-macam kelompok dan daerah. Di Jakarta ada Komite van Aktie yang akhirnya bergabung dengan API (Angkatan Pemuda Indonesia), BARA (Barisan Rakyat Indonesia), dan BBI (Barisan Buruh Indonesia). Di Jawa lahir Hisbullah, Sabilillah, Barisan Banteng, Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia). Di Semarang lahir AMRI (Angkatan Muda Republik Indonesia), di Surabaya lahir PRI (Pemuda Rakyat Indonesia). Di Aceh ada Pemuda Republik Indonesia (PRI) dipimpin oleh A.Hasyimi, di Sumatera Utara ada Pemuda Republik Indonesia Andalas. Ada pula kelompok-kelompok seperti Barisan Kiai, Barisan Sabil, Perkumpulan Anak Deli Islam, Mujahidin di Aceh, Pasukan Islam Daerah Pekalongan, AOI (Angkatan Oemat Islam) Kebumen, dan lain-lain.
Peradaban Islam pada masa ini cukup maju dibidang pendidikan, politik dan agama. Dibidang pendidikan ditandai dengan berdirinya perguruan tinggi Islam di berbagai daerah. Pada bidang politik munculah partai politik Islam Masyumi, PSSI, NU dan Perti. Adapun bidang ekonomi belum begitu maju. Bidang ekonomi ini terkenal dengan ijtihad sistem ekonomi yang terkenal dengan Sistem Ekonomi Komando.


DAFTAR PUSTAKA

Leirissa, RZ, Sejarah Perekonomian Indonesia, Jakarta: DEPDIKBUD RI, 1996.

Luka, Monsanto, Tangan Besi 100 Tiran Penguasa Dunia, Yogyakarta: Galangpress, 2008.

Maarif, Ahmad Syafii, Islam dan Politik Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000.

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

NC, Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2010.

Nuralam, Ahmad, HMI Keabadian dan Inovasi Gerakan (Sebuah Catatan Kebangsaan dari Karang Kajen), Yogyakarta: The Phinisi press, 2009.

Rose, Mavis, Indonesia Merdeka Biografi Politik Mohammad Hatta, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991.

Sitompul, Agussalim, Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa Pemikiran Keislaman Keindonesiaan HMI (1947-1997), Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002.

Soekarno, Indonesia Menggugat Pidato Pembelaan Bung Karno di Muka Hakim Kolonial, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2001.

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

http//biografi soekarno.com

* Ketua Umum HMI Komisariat Widya Buana Semarang Periode 2009-2010 M.

Senin, 09 Agustus 2010

ASSUNNAH (AL-HADITS)

ASSUNNAH (AL-HADITS)


Oleh : Muhammad Abdul Nafi’ *


I. PENDAHULUAN
Setiap manusia secara Sunnatullah saling terkait. Sehingga, akan membentuk kelompok-kelompok kecil yang notabennya adalah sebuah komunitas dan akan berbaur membentuk komunitas besar. Satu dengan yang lainnya akan saling berinteraksi, entah berinteraksi positif (saling tolong-menolong, gotong royong, bekerja sama) maupun interaksi negative (saling menjatuhkan, menindas, mengadu domba, dll). Hubungan atau interaksi antar manusia perlu adanya aturan yang mampu mengubah atau menjadikan tatanan yang buruk menjadi lebih baik. Dalam masyarakat banyak sekali norma-norma yang mengatur, tetapi masih saja kurang efektif dalam pelaksanaannya. Ada satu argument kuat, bahwa aturan yang paling baik dan efektif adalah aturan yang termaktub dalam agama Islam.
Islam merupakan agama samawi yang murni diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW dengan segenap wahyu yang masih mengglobal. Berkaitan dengan itu perlu adanya sistem penjelas maupun sistem pelengkap dalam memahami dan mengaplikasikan wahyu tersebut. Untuk nabi sendiri sebenarnya tidak membutuhkan suatu sistem untuk menjelakan, tetapi untuk umatnya sangat diperlukan sekali. Untuk itulah Assunnah maupun Al Hadits dibahas secara mendetail oleh para ulama yang tidak lain bertujuan untuk mempermudah dalam memahami dan melaksanakan wahyu (Al-Quran).
Dikalangan masyarakat banyak sekali perbedaan-perbedaan dalam memahami dan melaksakan wahyu (Al-Quran). Apabila perbedaan tersebut tidak dalam ushul (pokok) maka tidak apa-apa, tetapi apabila perbedaannya sudah pada hal-hal yang bersifat ushul (pokok) maka perlu adanya penjelasan dan pendampingan secara intensif. Maka dari itu makalah ini akan membahas secara mendetail mengenai Assunnah maupun Al hadits.


II. RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian sunnah
B. Bentuk-bentuk sunnah
C. Kedudukan dan fungsi sunnah dalam Islam
D. Penggunaan dan macam-macam hadits dha’if

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Sunnah
Secara etimologi, sunnah berarti tata cara. Menurut pengarang kitab Lisan-Al Arab mengutip pendapat Syammar, sunnah pada mulanya berarti cara atau jalan. Yaitu jalan yang dilalui orang-orang dahulu kemudian diikuti orang-orang belakangan. Dalam kitab Mukhtar al-Shihah bahwa sunnah secara etimologi berarti tata cara dan tingkah laku / perilaku hidup, baik perilaku itu terpuji maupun tidak. Al- Tahanuwi berpendapat bahwa sunnah menurut etimologi berarti tata cara , baik maupun buruk.
Menurut Harfiah kata sunnah berati adat istiadat, termasuk adat istiadat masyarakat arab dalam para islam, baik tentang persoalan agama, sosial maupun hukum. Karena itu adat istiadat zaman jahiliyah disebut sunnah jahiliyah. Menurut definisi sesuatu yang merupakan pekataan, perbuatan, dan taqrir Rasullulah SAW disebut sunnah.
Sunnah menurut bahasa Arab bermakna jalan yang dijalani, baik terpuji ataupun tidak. Diartikan dengan sebuah tradisi yang sudah dibiasakan. Jamaknya sunan. Sabda Nabi:
من سن سنة حسنة فله اجرها واجر من عمل بها الى يوم القيامة ومن سن سنة سيئة فعليه وزرها ووزر من عمل بها الى يوم القيامة(رواه البخارى و مسلم)
Artinya: “Barang siapa yang mengadakan suatu sunnah (jalan) yang baik, maka baginya pahala sunnah itu dan pahala orang lain yang mengerjakannya hingga hari kiamat. Barang siapa yang mengadakan suatu sunnah yang buruk maka atasnya dosa membuat sunnah buruk itu dan dosa orang yang mengerjakan hingga hari kiamat” (HR, Al-Bukhari dan Muslim).
Sunnah menurut istilah Muhadditsin adalah segala yang dinukilkan dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir, pengajaran, sifat, perilaku, perjalanan hidup Nabi SAW sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya. Sebagian Muhadditsin menyamakan Sunnah dengan Hadits.
Sunnah menurut istilah Ahli Ushul Fiqh adalah segala yang dinukilkan dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir yang barkaitan dengan hukum.
Nabi bersabda:
لقد تركت فيكم امرين لن تضلوا ما ان تمسكتم بهما كتاب الله و سنة رسوله(رواه مالك)
Artinya: “Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua hal, sekali-kali kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang kepadanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya”.(HR. Malik).
Para Ahli Hadits umunya menyamakan istilah hadits dengan sunnah namun ada Ahli Hadits yang bahwa istilah hadits digunkan khusus untuk sunnah Qauliyah. Sedangkan sunnah fi’liyah dan sunnah taqririyah tidak disebut hadits tetapi sunnah saja. Dengan demikian sunnah lebih luas dan umum dibandingkan dengan hadits.
Assunnah/ Al Hadits adalah sumber kedua agama ajaran Islam setelah Al-Quran. Al-Quran dijelasakn lebih rinci dan lebih lanjut oleh Rasulullah dengan sunnah beliau. Karena itu sunnah rasul yang kini terdapat dalam Al hadits merupakan penafsiran serta penjelasan otentik tentang Al-Quran
Assunah dan Al hadits menurut kebanyakan ulama mempunyai definisi yang sama tetapi menurut pandapat yang lain berbeda. Hadits merupakan dokumen data, pernyataan, perbuatan, persetujuan, persifatan dan cita-cita. Semua data yang lolos seleksi merupakan laporan yang otentik seputar nabi. Isi hadits nabi disebut sunnah. Sunnah merupakan suatu ajaran keagamaan yang termuat secara detail dalam hadits. Sunnah berisi pesan keagamaan. Jika sunnah dibedakan dengan hadits, esensinya mengarah pada arti bahwa sunnah adalah isi hadits. Segala suatu terkait nabi dapat kita temui.

B. Bentuk-Bentuk Sunnah / Al Hadits
Secara garis besar bentuk-bentuk sunnah / al hadits sebagai berikut:
1. Hadits Qouli
Yaitu segala yang disandarkan terhadap Nabi yang berupa perkataan atau ucapan yang memuat berbagai maksud Syara’, peristiwa, keadaan, baik yang berkaitan dengan aqidah, syariah, akhlak maupun yang lain. Sebagai contoh hadits qouli adalah hadits tentang doa Rosulullah SAW yang ditujukan kepada yang mendengar, menghafal, dan menyampaikan ilmu.
2. Hadits Fi’li
Yaitu segala yang disandarkan terhadap Nabi berupa perbuatannya yang sampai kepada kita.
Dengan kata lain hadits tersebut berupa perbuatan Nabi yang menjadi aturan perilaku para saahabat pada saat itu, dan menjadi keharusan bagi semua umat islam untuk mengikutinya. Diantara contoh hadits fi’li adalah sebuah hadits tentang cara sholat Nabi di atas kendaraan.
كان النى ص م يصلي علي راحكته حيث توجهت به (متفق عليه)
Artinya: “Shalat di atas tunggangannya kemana saja tunggangan itu menghadap” (HR. Muttafaqun Alaih).

3. Hadits Taqriri
Yaitu hadits yang berupa keketapan Nabi terdapat apa yang datang atau yang dilakukan oleh para sahabatnya. Nabi membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabatnya tanpa memberikan penegasan, apakah beliau membenarkan atau mempersalahkannya. Sikap Nabi yang demikian itu dijadikan dasar oleh para sahabat sebagai dalil Taqriri, yang dapat dijadikan hujjah atau mempunyai kekuatan hukum untuk menetapkan suatu kepastian Syara’.
4. Hadits Hammi
Yaitu hadits yang berupa hasrat atau keinginan Nabi yang belum terelasikan, seperti halnya hasrat berpuasa tanggal 9 Assyura.
Nabi belum merealisasikan hasratnya ini karena wafat sebelum tanggal 9 asyura. Menurut imam Syafii dan pengikutnya, bahwa menjalakankan hadits Hammi ini disunnahkan sebagai mana menjalankan sunnah-sunnah yang lainnya.


5. Hadits Ahwali
Yaitu hadits yang berupa hal ihwal Nabi yang tidak termasuk kedalam katagori keempat bentuk Hadits di atas. Hadits yang termasuk kategori ini menyangkut sifat dan kepribadiiannya serta keadaan fisiknya.
Contoh tentang keadaan fisik nabi adalah hadits berikut :
كان النى ص م أحسن الناس وجها وأحسنه خلقا ليس بالطويل ولا بالقصير (رواه البخارى)

Artinya : “Rasulullah SAW adalah manusia yang sebaik-baiknya rupa dan tubuh. Keadaan fisiknya tidak tinggi dan tidak pendek”. ( H.R. al bukhari)

C. Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam
Hukum Islam adalah salah satua aspek ajaran Islam yang menempati posisi penting dalam pandangan umat Islam, karena ia merupakan manifestasi paling tipikal dan paling konkrit dalam Islam sebagai sebuah agama. Sedemikian pentingnya hukum Islam dalam skema doctrinal Islam sehingga seorang orientalis Joseph Schacht menilai bahwa mustahil memahami Islam tanpa memahami hukum Islam.
Berkaitan dengan itu maka dasar hukum dalam Islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah (dalam pentingnya sempit disebut Al-Hadits). Hal ini sudah disepakati oleh sebagian besar umat Islam di dunia.
Al-Quran dan Al-Hadits merupakan dua sumber hukum syariat Islam yang tepat, yang orang Islam tidak mungkin memahami syariat Islam secara mendalam dan lengkap dan tanpa kembali kepada kedua sumber Islam tersebut. Seorang mujtahid dan seorang alim pun tidak diperbolehkan hanya mencukupkan diri dengan salah satu dari keduanya.
Adapun dalam perihal yang lain, selain Al-Hadits sebagai sumber hukum yang kedua, Al-Hadits juga berfungsi sebagai system penjelas Al-Quran, Al-Quran dan Al-Hadits sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam Islam, antar satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan satu kesatuan. Al-Quran sebagai sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global. Oleh karena itulah kehadiran Sunnah atau Al-Hadits sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk menjelaskan (Bayan) keumuman isi Al-Quran tersebut.
Hal ini dijelaskan oleh pula Allah SWT dalam Al-Quran surat An nahl ayat 44.

Artinya: “Dan kami turunkan kepadamu al-Quran agar kamu menerangkan kapada umat manusia apa yang diturunkan keapada mereka dan supaya mereka memikirkannya.” (Q.S. An nahl : 44).

Allah menurunkan Al-Quran bagi umat manusia, agar Al-Quran ini dapat dipahami oleh manusia, maka Rasullulah diperintahkan untuk menjelaskan kandungan dan cara-cara melaksanakan ajarannya kepada mereka melalui sunnah dan haditsnya.
Oleh kerena itu, fungsi hadits Nabi sebagai penjelas (Bayan) Al Quran itu bermacam-macam. Imam Malik bin Anas menyebutkan lima macam fungsi, yaitu bayan al taqrir, bayan al tafsir, bayan al tafshil, bayan al ba’ts, bayan al tasyri’. Imam Syafi’I menyebutkan lima fungsi, yaitu bayan al tafshil, bayan at takhshish, bayan al ta’yin, bayan al tasyri’, dan bayan al nasakh. Dalam “Al Risalah” ia menambahkan dengan bayan al isyarah. Imam Ahmad bin Hambal menyebutkan empat fungsi yaitu bayan al ta’kid, bayan al tafsir, bayan al tasyri’, dan bayan al takhshish.
Secara garis besar fungsi hadits yang dalam AL-Qur’an dapat dibagi menjadi tiga:
1. Menegaskan kembali keterangan/perintah yang ada dalam al-qur’’an seperti perintah haji, shalat dll. (bayan taqrir).
2. Menjelaskan dan menafisirkan ayat-ayat al-qur’an yang masih mujmal,’am dan mutlaq contoh pelaksanaan sholat, zakat, haji dll.(bayan tafsir)
Ini dapat dibagi menjadi tiga bentuk yaitu:
a) Menafisrkan serta memperinci ayat yang masih mujmal contoh dalam pelaksanaan sholat.
b) Menghususkan ayat-ayat yang bersifat umum contoh bab waris.
c) Memberikan batasan (taqyid) terhadap ayat-ayat Al-qur’an yang bersifat muthlaq. Contoh penjelasan batasan untuk melakukan pemotongan tangan pencuri, yang dalam Al-Quran terdapat dalam Surat al Maidah ayat 38.

Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Maidah: 38)

3. Menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan dalam Al-Qur’an (bayan tasyri’). Contoh ketetapan Rasul tentang haramnya mengumpulkan antara seorang wanita dengan bibinya.
Ulama-ulama mayoritas lainnya menyebutkan empat fungsi hadits yaitu:
1. Bayan al Taqrir: Bayan al-ta’kid: Bayan al-isbath
Yaitu menetapkan dan memprerkuat apa yang diterangkan dalam al-Quran/memperkokoh kandungan al-Quran.
2. Bayan at-Tafsir
Yaitu bahwa kehadiran hadits berfungsi memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat al-Quran yang masih global (mujmal), Memberikan persyaratan/batasan ( taqyid ) ayat-ayat al-Quran yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (takhsish) terhadap ayat-ayat al-Quran yang masih bersifat umum. Diantara contoh tentang ayat-ayat al-Quran ynag masih mujmal adalah perintah mengerjakan Sholat, puasa, zakat, disyariatkannya jual beli, nikah, Qishash, Hudud, dan sebagainya.ayat-ayat al-Qur’an tentang masalah ini masih bersifat mujmal, baik mengenai cara mengerjakan, sebab-sebabnya, syarat-syarat, atau halangan-halanagnnya. Oleh Karena itulah Rasulullah SAW melalui haditsnya menafsirkan dan menjelaskan masalah-masalah tersebut.
3. Bayan at-Tasyri’
Yang dimaksud dengan bayan at tasyri’ adalah Mewujudkan suatu hukum/ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam al-Qur’an, atau dalam al-Quran hanya terdapat pokok-pokonya saja. Abbas Mutawali Hammadah juga menyebut bayan ini dengan “ Zaid ‘Ala Al Kitab Alkarim”. Hadits Rasulullah SAW baik Qouli, fi’ly, maupun Taqriri berusaha menunjukkan suatau kepastian hukum terhadap berbagai persoalan yang muncul yang tidak terdapat dalam al-Qur’an. Ia berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para Sahabat atau yang tidak diketahuinya, dengan menunjukan bimbingan dan menjelaskan duduk persoalannya. Hadits- hadits Rasulullah SAW yang termasuk dalam ini diantaranya hadits tentang penetapan haramnya mengumpulkan wanita bersaudara ( istri dan bibinya), hukum razam pezina wanita yang masih perawan dan hukum hak waris tentang seorang anak.
4. Bayan al- nasakh
Kata nasakh secara bahasa berarti Ibtal atau membatalkan, Izalah atau menghilangkan, Tahwil atau memindahkan, Tagyir atau mengubah. Para ulama mengartikan bayan An nasakh ini banyak melalui pendekatan bahasa, sehingga diantara mereka terjadi perbedaan pendapat dalam menta’rifkannya. Termasuk perbedaan ulama muta’akhirin dengan ulama mutaqaddimin. Menurut pendapat ynag dapat dipegang dari ulama mutaqaddimin, bahwa terjadinya nasakh ini karena adanya dalil Syara’ yang mengubah suatu hukum atau ketentuan meskipun jelas, karena telah berakhir masa berlakunya serta tidak bisa diamalkan lagi, dan syari’ atau pembuat Syari’at menurukan ayat tersebut tidak diberlakuka untuk selamanya. Jadi intinya ketentuan yang datang kemudian tersebut menghapus ketentuan yang datang terdahulu, karena yang terakhir dipandang lebih luas dan lebih cocok dengan nuansanya.

D. Penggunaan dan Macam-Macam Hadits Dha’if
1. Macam-Macam Hadits Dha’if
Untuk mengetahui macam-macam hadits dhoif dengan cara ditinjau atau dilihat dari tidak bersambungnya sanad-sanadnya dan cacatnya perawi.
a. Hadits Dhoif ditinjau dari tidak bersambungnya sanad :
1) Hadts muallaq
Yaitu hadits yang gugur para perawinya, baik seorang, baik dua orang, baik semuanya, pada awal sanad yaitu guru dari seorang imam hadits. Menggugurkan hadsit disebut Ta’liq. Di dalam shohih Al bukhari banayak terdapat hadits muallaq tetapi diberi hokum muttasil, walaupun derajatnya dipandang tidak setingkat dengan muttasil sendiri, terkecuali jika disanadkan dengan tempat yang lain. Ulama berkata bahwa hadits muallaq yang diriwayatkan oleh Albukhari dengan terang dan jelas menyebut nama pemberitanya, seperti beliau katakana “ Qola Ibnu Abbas….(Ibnu Abbas berkata…)”, dihukumi shohih. Jika beliau meriwayatkan dengan tidak tegas yakni dengan Shigah Tamridh yakni tidak menyebut nama yang meriwayatkannya, seperti beliau berkata, “dikatakan bahwa nabi berbuat….” Tidak dipandang shahih.
2) Hadits Munqathi’
Yaitu hadits yang gugur seorang, atau dua orang dengan tidak berturut-turut dipertengahan sanad. Hal tersebut itu dinamai Inqitha’. Mengetahui ada tidaknya Intiqha’, atau gugur seorang perawi adalah dengan mengetahui adanya pertemuan anatara seorang dan perawi yang lain. Hal ini adakalanya karena tidak semua atau tidak semua penah bertamu.
3) Hadits Mu’dhal
Yaitu hadits yang gugur dua orang perawi berturut-turut dipertengahan sanad. Menggugurkan rawi seperti ini dinamai dengan I’dhal.
4) Hadits Mudallas
Yaitu hadits yang tidak disebut dalam sanad atau sengaja digugurkan oleh seorang perawi nama gugurnya dengan cara yang memberi wahan (keraguan) apakah dia mendengar hadits itu dari orang yang disebut namannya itu. Perbuatan ini dinamakan Tadlis. Si pembuatnaya, dinamai Mudhalliss. Riwayat Mudhallis itu tidak diterima terkecuali hadits-haditsnya yang memang didengar sendiri dari gurunya.
b. Hadits Dha’if ditinjau dari perawinya yang cacat sebagai berikut :
1) Hadits Matruq
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh hanya seorang perawi yang tertuduh pendusta, baik dalam soal hadits, ataupun dalam hal lainya, ataupun tertuduh fasiq, atau banyak lalai dan banyak sangka.
2) Hadits Munkar
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seoarang yang lemah yang menyalahi riwayat-riwayat kurang terpercanya, atau riwayat orang yang kurang lemah dari padanya.lawannya dinamai Ma’ruf.
3) Hadsit Syadz
Yaiu hadits yang diriwayatkan oleh orang Maqbul, akan tetapi bertentangan(matannya) dengan periwayatan dari orang yang kualitasnya lebih utama.
4) Hadits Mu’allal
Yaitu hadits yang terdapat padanya sebab-sebab yang tersembunyi yang baru diketahui sebab-sebab itu sesudah dilakukan pemeriksaan yang mendalam, sedang pada dhohirnya tidak cacat.
5) Hadits Muththarab
Yaitu hadits yang diriwayatkan dengan bentuk yang berbeda-beda padahal dari satu perawi (yang meriwayatkan) dua atau lebih, atau dari dua perawi atau lebih yang berdekatan.
6) Hadits Maqlub
Yaitu suatu hadits yang telah terjadi kesalahan pada seorang perawi dengan yang mendahulukan yang kemudian atau mengemudiankan yang terdahulu.
7) Hadits Mudhraj
Yaitu hadits yang menampilkan redaksi tambahan, padahal bukan bagian dari hadits.
8) Hadits Mushahhaf
Yaitu hadits yang telah terjadi perubahan huruf sedang rupa tulisan masih tetap.
9) Hadits Muharraf
Yaitu hadits yang telah terjadi perubahan baris (tanda baca).
10) Hadits Mubham
Yaitu hadits yang terdapat dalam sanadnya seorang perawi yang tidak disebut namanya baik lelaki maupun perempuan.
2. Penggunaan Hadits Dha’if
Mengenai penggunaan hadits dha’if ada tiga mazhab ulama.
Pertama, hadsit dha’if itu tiak boleh sama sekali diamalkan. Tidak boleh dalam soal hukum, targhib dan lainnya. Inilah mazhab imam-imam besar hadits, seperti Al Bukhary dan Muslim. Muslim dalam Muqaddamah Shahihnya dengan tegas mencela mereka yang memegangi hadits dha’if. Alasan golongan ini ialah agama ini diambil dari kitab dan sunnah yang benar. Hadits dha’if bukan sunnah yang benar (tidak dapat diakui benar). Maka, berpegang kepadanya, berarti menmbah agama dengan tidak berdasar kepada keterngan yang kuat.
Kedua, hadits-hadits dha’if itu dipergunakan untuk menerangkan fadhilah atau keutamaan amal. Pendapat ini menurut sebagian fuqaha dan ahli hadits. Imam Ahmad, menerima hadits-hadits dha’if kalau berpautan dengan targhib dan tarhib, serta menolaknya kalau berpautan dengan hukum. Diantara fuqaha yang berpendapat begini adalah Ibnu Abdi Al Barr.
Ketiga, mempergunakan hadits dha’if, apabila dalam sesuatu masalah tidak diperoleh hadits-hadits shohih atau hasan. Pendapat ini disandarkan kepada Abu Daud.
Perlu ditegaskan, menurut penerangan Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani, bahwa oleh ulama yang mepergunakan hadits dhoif mensyaratkan kebolehan mengambilnya itu ada tiga syarat, yaitu :
a. Kelemahan hadits itu tidak seberapa. Maka hadits yang hanya diriwayatkan oleh orang yang tertuduh dusta, tidak dipakai.
b. Petunjuk hadits itu ditunjuki oleh sesuatu dasar yang dipegangi, dengan arti bahwa memeganginya tidak berlawanan dengan sesuatu dasar hukum yang sudah dibenarkan.
c. Jangan dii’tiqadkan atau diyakini ketika memeganginya bahwa hadits itu benar dari Nabi SAW. Hanya dipergunakan sebagai ganti memegangi pendapat yang tidak berdasarkan nash sama sekali.

IV. KESIMPULAN
Sunnah adalah segala yang dinukilkan dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir, pengajaran, sifat, perilaku, perjalanan hidup Nabi SAW sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya yang barkaitan dengan hukum.
Adapun bentuk-bentuk Sunnah / Al hadist :
1. Hadits Qouli
2. Hadits Fi’li
3. Hadits Taqriri
4. Hadits Hammi
5. Hadits Ahwali
Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam sebagai sumber hukum yang kedua, al-hadist juga berfungsi sebagai system penjelas Al-Quran, Al-Quran dan Al-Hadits sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam islam.
Penggunaan hadist dha’if .
Pertama, hadsit dha’if itu tidak boleh sama sekali diamalkan. Tidak boleh dalam soal hukum, targhib dan lainnya.
Kedua, hadits-hadits dha’if itu dipergunakan untuk menerangkan fadhilah atau keutamaan amal.
Ketiga, mempergunakan hadits dha’if, apabila dalam sesuatu masalah tidak diperoleh hadits-hadits shohih atau hasan.
Adapun kalangan mayoritas ulama berpendapat boleh menggunakan hadits dha’if diperbolehkan asalkan hanya pada fadho’ilul amal / keutamaan amal, terutama kalangan mayoritas ulama sunni.


DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Daud, Pedidikan Agama Islam, Jakarta : PT Raja Grafino Persada, 1998.
Ash Shiddiqy, Teungku Muhammad Hasby, Al Bayan Tafsir Penjelas Al-Quranul Karim, Semarang : PT Pustaka Rizqi Putra, 2002.
Ash Siddiqy, Tengku Muhammad Hasby, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang : PT Pustaka Rizqi Putra, 2009.
Azami, M., Hadits Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000.
HAM, Musahadi, Evolusi Konsep Sunnah Implikasinya pada Perkembangan Hukum Islam, Semarang : CV Aneka Ilmu, 2000.
Razaq,Nazrudin, Dinul Islam, Bandung : PT Al Ma’arif, 1977.
Sparta, Munzier, Ilmu Hadits, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Subahar, Erfan, Aktualisasi Hadits Nabi di Era Teknologi Informasi, Semarang : RaSail Media Grup, 2008.
Wijaya, Utang Ranu, Ilmu Hadits, Jakarta : Gaya Media Pratama, 1996.
Yuslim, Nawir, Ulumul Hadits, Jakarta : PT Mutiara Sumber Media, 2001.


* KETUA UMUM HMI KOMISARIAT WIDYA BUANA SEMARANG PERIODE 2009-2010 M